C e m a s
Akhirnya kecemasan itu datang juga! Setelah postingan di awal krisis banjir lumpur lapindo bulan Juni yang lalu, semenjak itu rasanya hampir tiap hari mata dan telinga selalu dihadapkan pada berita seputar bencana itu. Di kala itu rasanya saya tidak terlalu khawatir akan efek langsung banjir lumpur ini krn jarak antara sumber lokasi dan rumah maupun kantor masih jauh. Bahkan saya dan beberapa teman masih sempat menengok pengungsi dan memberikan bantuan sembako dari perusahaan.
Namun apa daya, menginjak hingga bulan kelima ini saya harus menghadapi kenyataan dari perkembangan yang ada. Ekspose media lokal, nasional bahkan internasional sudah sedemikian maraknya mengenai musibah ini; tarik ulur pembuangan lumpur ke laut, relokasi warga, ganti rugi korban, pengalihan jalur jalan raya, kemacetan, tanggul yang jebol, antisipasi datangnya musim hujan dan sebagainya...sudah sangat menyesakkan dada !
Kecemasan saya rasakan mulai pertengahan minggu lalu saat berangkat ke kantor. Secara sejak kemacetan mulai hampir 4 bulan yang lalu jadi ”menu” pahit yang kudu ditelan tiap pagi ke kantor, seperti biasa jam 5an pagi udah mulai meluncur dari rumah menuju kantor. Sampai kemudian saya sampai di jalan raya tepat di tol exit tol Porong, Astaghifirullohh..terhenyak kaget sampe merinding saat melihat pemandangan itu! Gimana enggak? Kalo sawah di tepi jalan yang masih saya lihat hari sebelumnya, pagi itu raib tertelan lumpur !! Apa yang nampak didepan saya waktu itu adalah seperti hamparan rawa dan tidak nampak bekas hari sebelumnya masih ada sawah nan hijau disana..hiks..Belakangan baru saya tahu bahwa malam harinya tanggul di desa Siringjebol dan langsung menenggelamkan beberapa puluh rumah warga hingga hanya dalam hitungan jam mereka telah kehilangan rumahnya ..sedihh !!
Ini adalah foto-foto yang sempat saya ambil sepulang kerja minggu kemaren :
arah jarum jam:
1. lumpur yg udah mengintai bibir jalan raya yg tiap hari saya lalui
2. Dulunya rawa itu adalah sawah nan hijau :(
3. Fly over jalan tol Gempol yang sepi tak bisa dijamah kendaraan
4. Rel kereta api yang hanya tinggal bbrp meter dari ancaman lumpur
Semenjak hari itu, setiap saya melewati jalan raya satu-satunya pasca tol ditutup itu, setiap saat itu pula dalam hati saya mulai kebat kebit dan sejumlah tanya bernada ”paranoid” mulai berlarian di pikiran. Jarak lumpur yang kini telah mencapai kurang dari 5 meter dgn jalan raya, sungguh sangat mengkhawatirkan pengguna jalan raya Porong. Berapa lama lagi lumpur itu akan menyantap rel jalur kereta di tepian jalan? Berapa lama lagi lumpur itu akan mengalir ke jalan raya yang saya lewati tiap hari itu? Akankah nantinya saya dan ribuan orang lainnya terpaksa menempuh perjalanan alternatif, hingga sampai 3 jam lamanya untuk menuju ke kantor ? Entahlah....
Hingga postingan ini dipublish, belum ada satupun berita yang mampu menenangkan kekhawatiran saya dan banyak orang lainnya. Kmaren malah ada satu media yang menyebutkan bahwa aliran lumpur mud volcano itu akan berhenti sendiri dan membutuhkan waktu hingga 31 tahun lamanya! Tambahan berita yang gak banget lagi pagi ini saya baca : satu sumber letupan lumpur yang baru ditemukan lagi di desa Jatirejo, Porong tambah membesar, belum lagi running text di satu media TV menyebutkan ”tanggul di desa jatirejo dinilai sudah tidak aman", .........."air mulai merembes di tanggul jalan tol Sby-Gempol km.36-40”.
Musim mudik sudah tinggal hitungan bbrp hari lagi dan jalur utama itu masih belum recover! Belum lagi ancaman sang hujan yang mungkin bisa jadi akan memporak porandakan estimasi pencegahan dari timnas penanggulangan bencana lumpur. Mungkin saya terlalu kecil hati dengan situasi ini, tapi fakta yang ada memang tidak bisa disepelekan begitu saja. Saya hanya berdoa dan meminta padaNYA agar timnas dan seluruh personil yang terlibat langsung dalam penanggulangan musibah ini bisa sabar, tabah dan mampu memberikan yang terbaik dalam usahanya untuk mengatasi bencana ini. Amienn...
Iseng-iseng saya googling, saya temukan satu blog yang di create khusus tentang krisis lumpur lapindo ini. Sangat informatif!! Blog tim geologist ini menyajikan fakta mulai dari proses terjadinya krisis lumpur ini, data pengungsi, desa/perusahaan sampai jumlah ternak yang jadi korban! Berasa belajar ilmu geologi saat baca blog ini. Klik saja di sini buat tahu lebih jauh tentang ”musibah lumpur nasional” ini.
Foto heliview luapan lumpur diambil dari www.detik.com
10 Comments:
Turut berduka yaaa... Pemerintah kita emang nggak bisa tegas ambil sikap. Percaya deh, I know:D. Padahal kalo dari dulu mestinya nggak separah sekarang ya bo.
wis pindah ae nang sby, mbak! tapi yo pancet ae seh... wong sby - sda gak kacek adoh :-)
RIo : tengs ya. Emang tuh di awal musibah ini kayaknya pemerintah udah mau hands off aja. Sepenuhnya pasrah sama Lapindo and seem don't want to get involved. Inget gak sih Yusuf Kalla pernah bikin state gini "Pemerintah tidak akan mengeluarkan uang sepeserpun buat mengatasi lumpur". Sedihh bgt pas itu gw, secara gw deket dari lokasi jadi tau bener kalo percepatan luapan lumpur itu bener2 gak imbang sama kecepatan penanganannya :(. Even emang triggernya dari Lapindo, cuman pleasee deh liat dampaknya sosial ekonomis udah sangat meluas.Baru menginjak bulan ke 3 ya pas itu baru deh SBY datang ke lokasi...hiks..too late !
Terus terang, mungkin karena daku keparat pemerintah, daku awalnya juga mengambil posisi bahwa yg mentrigger kejadian itulah yg harus bertanggung jawab. Ini juga untuk menghindari munculnya preseden pengambilalihan tanggung jawab swasta (terutama yg deket dengan "oknum":p) oleh pemerintah.
Nah kalo Lapindo udah jadi bencana nasional gini sih emang sepatutnya pemerintah turun. Merelokasi penduduk itu soal yang relatif "gampang" (yg penting ada kemauan politiknya dan ketegasan sikap), tapi menghentikan produk lumpur ini isu lain, karena berkaitan dengan alam. Aku bukan pakar geologi, geofisika, dan entah ilmu apalah untuk mengidentifikasi masalahnya, hanya sepertinya ada perbedaan antara bencana ini dengan tsunami dan gempa bumi. Kalau dua yang terakhir berlangsung dengan cepat, mungkin dengan korban yang begitu kejadian langsung jumlahnya banyak, namun sifatnya "one at a time". Sedangkan produksi lumpur di Jatim ini kontinual dan barangkali hanya Tuhan yang tahu kapan berhentinya. Atau ada cara memprediksinya secara ilmiah? (Yang jelas daku sih gak merekomendasikan sayembara perdukunan :p).
Dody : Pindah ke Sby cuman buat ngurangi efek macet sih bisa dipertimbangkan...tp kalau tuh lumpur pelan-pelan merayap juga ke arah Sby???? Siapa yg gak bakal panik cing?
Lenje : hihi....dendam membaramu sejak awal ttg masalah ini msh berpijar ya bu. Gemes juga kan? Kamu aja yg ada di belahan bumi sana bisa ngerasain gimana bencana lumpur ini bawa snowball effect ke masalah yg lebih besar di ujungnya ya :( Jeng, hari-hari ini musim mudik dimulai pulak ! kamu bisa bayangin kan gimana kalo semua kendaran mulai roda 2 sampai 24 (busyet..ada yaa container sampe segitu bynk ban-nya!!) bakal lewat jalan raya Porong itu...capeee deh !
ini musibah massal ya sist...belum lagi yang satu pulih, bencana lain sudah datang lagi...Kapan berhentinya lumpur itu kita tidak pernah tahu. Apa yang akan kita buat selain menunggu pemerintah yang seperti siput itu mengambil sikap.
Panjang ya masalahnya... tapi semoga ada pemecahannya...boleh sedikit optimis menjelang lebaran :)
doel
sabar ya jeng....... moga segera ada jalan keluar.
Met Idul Fitri, maaf lahir batin.... :)
Unai, Doel, Isna : makasih yaa perhatianya teman-teman..doain aja biar cepet kelar problemnya ya :)
Siwoer : ora mas, wong aku dimudiki :)
Post a Comment
<< Home