Monday, June 19, 2006

Antara Lapindo, lumpur dan macettt !

Musibah dan bencana alam rasanya selalu menghiasi halaman media massa kita akhir-akhir ini. Setelah gempa Jogya dan semburan awan panas gunung merapi, kini musibah lumpur panas dari semburan sumur gas milik PT. Lapindo Inc di sejumlah desa kec. Porong juga telah menyita perhatian kita. Meskipun musibah lumpur panas ini bukan murni karena faktor alam, namun dampak yang diakibatkan sangat terasa sekali. Hingga hari ke 21 pasca semburan pertama terjadi, tercatat kurang lebih 3000 warga desa terpaksa mengungsi ke posko-posko pengungsian karena rumah mereka telah tergenang lumpur.

Dari hari ke hari berita luapan lumpur ini semakin mengenaskan karena tidak seimbangnya antara ekspansi luapan lumpur yang mencapai 5000m3/hari dan kecepatan penanganannya. Adapun penyebab terjadinya banjir lumpur ini sampai sekarang masih belum ada pernyataan resmi dari Lapindo yang bisa menerangkan dengan gamblang. Namun berikut ini adalah email dari salah satu staf bp migas yang terforward ke inbox saya berisi penjelasan dasar proses terjadinya musibah ini dari sisi ilmu eksplorasi bumi.

Bagi saya sendiri, hal pertama yang paling mengganggu adalah kemacetan luar biasa yang terjadi karena luapan lumpur panas itu telah masuk ke area jalan tol Gempol-Surabaya yang merupakan akses utama transportasi dari dan menuju Surabaya. Keberadaan jalan tol ini sangat vital bagi mobilitas penduduk dan pekerja yang ada di wilayah surabaya dan sekitarnya. Saking vitalnya, jalan tol Sby-Gempol ini boleh dibilang seperti kopi yg harus diminum dan koran yang dibaca tiap pagi. Sudah jadi bagian dari rutinitas tiap pagi bagi warga surabaya yang bekerja keluar dari Selatan sby dan juga sebaliknya. Bayangkan saja kalau tiba-tiba routing ini harus terganggu karena jalan tol ditutup ! yaa…JALAN TOL DITUTUP ! demikian bunyi papan pengumuman di depan gate masuk pintu tol Gempol pada awal minggu lalu. Akibatnya apa? Kemacetan luaarrr biasa yang terjadi di jalur “bawah” Porong-Sidoarjo-Surabaya.

Hebohnya luapan lumpur panas yang menutup jalan tol ini sebenernya sudah mulai minggu lalu terjadi. Namun pada waktu itu satu jalur tol (arah Surabaya-Gempol) masih dibuka, hanya jalur Gempol-Sby yang ditutup. Kondisi itu tidak bertahan lama karena luapan lumpur yang terus berekspansi dari waktu ke waktu itu mengharuskan ditutupnya jalan tol tepatnya di km. 36-39 ruas Porong-Gempol. Saya sendiri sempat terjebak macet selama kurang lebih 2 jam di dalam jalan tol karena lumpur telah mulai masuk ke ruas jalan yang akan saya lalui. Di sela-sela panas dan sesaknya nafas karena bau gas dari lumpur tersebut, saya sempat mengambil rekaman foto dan motion saat-saat proses pembersihan lumpur dari tol. Pengen tau seperti apa situasinya ? klik aja videonya disini. Maaf kalo rekamannya harus ber-noise suara saya yang terkaget-kaget di mobil :) Dan amati juga gambar-gambar tersebut di bawah : terendamnya sebuah pabrik oleh lumpur, sawah yg tiba-tiba jadi rawa, jalan tol yg tak lagi mampu membendung laju lumpur dan letupan-letupan lumpur panas.

Rekaman ini diambil pada Sabtu, 10 Juni yang lalu. Untuk dicatat, di hari yang ke-21 setelah peristiwa ini kondisinya sudah lebih buruk dari gambar yang saya ambil.

Pintu tol gempol hanya berjarak sekitar 5 km dan bisa ditempuh kurang lebih 5-10 menit dari pabrik/kantor tempat saya bekerja. Otomatis updeting berita seputar kemacetan terus kami pantau. Seminggu belakangan puluhan staf kantor banyak yang mengeluh tentang kemacetan yang harus mereka lalui di pagi (berangkat) dan sore (pulang) kantor. Mungkin kami masih belum siap mental untuk menghadapi kemacetan seperti ini yang rasanya sudah menjadi hal biasa bagi temen-temen di Jakarta dan sekitarnya. Memang secara geografis kantor kami boleh dibilang kurang beruntung karena tidak banyak jalur alternatif yang bisa kami ambil untuk menjauhi jalur “bawah” yang sudah sesak tadi. Kalau ada jalur alternatif itupun memutar dan butuh waktu tambahan 1-1,5 jam lagi sampai di kantor. Gilaa!! kalo pesawat udah sampai jakarta/denpasar deh itu..*senyum pahit*. Ditambah lagi jam masuk di kantor saya yang mungkin termasuk tidak lazim, yaitu jam 7 pagi ! Bayangkan saja kalau temen kantor yang dari Surabaya harus menempuh jalur alternatif itu, berarti mereka harus berangkat kurang lebih jam 4.30 s/d 5 pagi (waktu tempuh normal sby-gempol=1 jam). Dengan demikian mereka juga harus re-scheduling jam bangun dan harus pula memperpendek waktu sarapan dan persiapan pagi hari lainnya. Jalur “bawah” tersebut merupakan jalan propinsi, sehingga kesibukan sudah mulai terasa sejak dini hari oleh kendaraan angkutan antar kota, bis, truk logistik/distribusi, dll. Meskipun sisi kemacetan ini hanya salah satu ekses yang ditimbulkan oleh peristiwa ini, tapi jika tidak segera ada titik terang penanganannya gak jelas deh berapa kerugian yang diakibatkan oleh terhambatnya mobilitas ini.

Hari sabtu yang lalu saya dan beberapa rekan menyempatkan diri untuk memberikan bantuan pada pengungsi di posko pengungsian yang bertempat di Pasar Porong. Meskipun nampak berusaha untuk menerima musibah ini dengan lapang dada, namun para pengungsi masih tidak bisa menyembunyikan kejengkelan terhadap lambatnya penanganan musibah ini. Saat kmaren kami lihat, siswa-siswa sekolah di salah satu madrasah yang ada di Desa Jatirejo (seluruh desa ini sudah terendam lumpur sejak senin, 12 Juni lalu) , terpaksa harus menjalani ujian sekolah di tempat pengungsian. Sekolah madrasah tersebut praktis juga terendam lumpur, berikut semua infrastrukturnya. Ditambah lagi saat lumpur masuk ke sekolah minggu lalu, anak didik di sekolah itu seharusnya menjalani ujian kenaikan kelas. Sedih saya mendengar penuturan salah satu gurunya "Kami masih belum tau bagaimana nasib sekolah ini saat PSB nanti (penerimaan siswa baru) dari Diknas hanya memperhatikan sekolah negeri saja", demikian ungkapan salah satu guru yang ngobrol dengan saya.

Namun begitu, saya masih bisa tersenyum melihat sebagian dari pengungsi yang notabene berasal dari satu desa/daerah tersebut nampak masih mempunyai semangat utk hidup, anak-anak yg msh bermain-main, ibu-ibu yang masih ngerumpi dan memasak bersama. Di beberapa kios pasar porong yang jadi "bilik" pengungsian juga masih saya lihat pesawat TV. "Biar ndak ketinggalan pertandingan sepakbola dunia bu"...demikian celetuk salah seorang dari mereka. Di satu sisi saya masih bersyukur bahwa mereka tidak harus menghadapi stres berat akibat kehilangan nyawa keluarga atau orang-orang tercinta secara mendadak seperti halnya korban gempa di Yogya. Sejauh yang diberitakan, musibah ini memang belum membawa korban jiwa, hanya saja ratusan warga menjadi terserang sesak nafas/ISPA(infeksi saluran pernafasan) akibat mengisap udara dari lumpur yang berbahaya bagi saluran pernafasan.



Suasana posko pengungsi banjir lumpur di pasar porong
(searah jarum jam) : kios2 toko menjadi rmh sementara pengungsi, ibu-ibu sibuk di dapur umum, ujian di sekolah darurat, senyum anak-anak masih menghiasi pengungsian.

Namun demikian, yang sekarang menjadi pertanyaan saya dan semua orang yang menderita akibatnya musibah ini adalah sampai kapan kondisi ini akan berlangsung ?? Sejauh ini belum ada pernyataan yang cukup melegakan dari pihak-pihak yang terkait dengan masalah ini. Dari pemerintah sejauh ini hanya menyarankan bahwa lapindo harus mengganti rugi korban. Minggu kemaren ada sedikit kabar baik bahwa alat untuk pendeteksi dan penyedot lumpur (snubbing unit) telah bisa didatangkan di area jalan tol untuk selanjutnya akan bekerja di sekitar sumur gas untuk mendeteksi sumber kebocoran. Hanya saja, nampaknya masih diperlukan waktu yang cukup lama untuk kami bisa bernafas lega lagi. Paling tidak 1 bulan untuk mendapatkan sebab kebocoran dan beberapa minggu lalu untuk menyumbat aliran lumpurnya. Berarti minimal masih dua bulan dari sekarang ?? ughh.....sesak saya memikirkan kemungkinan-kemungkinan buruk yang akan saya alami jika aliran lumpur itu terus bergerak....Allahu Akbar!! Inikah hukum buat manusia yang mengeksplorasi bumi tanpa mementingkan keseimbangan kehidupan di sekitarnya?

22 Comments:

Blogger B-a-r-r-y said...

Senang membaca pengalaman apey dari sana. memang sedih melihat banyaknya bencana alam di indonesia belakangan ini.

11:03 PM  
Blogger B-a-r-r-y said...

This comment has been removed by a blog administrator.

11:03 PM  
Anonymous Anonymous said...

Semakin banyak PR yang harus diselesaikan ya pey..

2:20 PM  
Blogger Apey said...

Barry : ikut prihatin juga sama kondisi tanah air yaa :) tengs bro !

Mei : I guess so mei..doakan aja ya :)

3:22 PM  
Anonymous Anonymous said...

Aduh Apey, aku sedih banget baca beritanya. Sekarang udah jebol bener ya tanggulnya? Terus apa dong pertanggungjawaban LAPINDO?

Aku rasa kita semua pengen ngebantu tapi jangan sampe yang jadi penyebabnya terus lepas tangan! HUH!!! *murka besar*

PS. bete berat nih karena YM down, padahal pengen tanya2 lebih detil lagi ke kamu soal lapindo dodol itu.

7:42 PM  
Blogger Apey said...

Lenje : thx perhatiannya bu. Betul bgt! gemes aku liat lambannya penanganan musibah ini. Lapindo kudu bisa bergerak cepat menangani masalah pengungsi dan URGENT utk segera menemukan solusi masalah luapan gas. Economic and social cost yg harus dikeluarkan gak kehitung deh !! Doain bisa cepet ada pencerahan ya jeng. You haven't do enough yet LAPINDO !!

8:00 AM  
Anonymous Anonymous said...

BaLL : Pey, menurut inpo dari adik gw yang kerja di PGN, Lapindo itu menyumbang 35 % gas lho buat PGN. Jadi agak agak susah untuk menuntut itu perusahaan :( .... Mau gimana lagi yah klo duit dah berbicara ... mudah mudahan Lapindo ada tanggung jawab moral ... Hopefully

7:31 PM  
Anonymous Anonymous said...

Nampaknya "Yang ngecet lombok abang" lagi serius murka kepada bangsa kepala batu ini........

9:28 AM  
Blogger TaTa said...

Heran deh.. kok pemerintah tenang2 aja sih bukannya langsung ngambil tindakan ??? klo yang masalah kek gini aja tenang2 gimana masalah yang laennya

4:25 PM  
Anonymous Anonymous said...

Masih nggak ngerti gimana bisa banjir lumpur... dan kebayang macetnya jalan2 alternatif, dan sulitnya bersaing dengan truk2 besar di jalan yang lebih sempit. Semoga penanganannya bisa lebih cepat.
doel

5:48 AM  
Anonymous Anonymous said...

Iqbal : iya tuh..lapindo supply-nya cukup gedhe benernya buat PGN. Tapi sampe hari inipun, hujatan terus mengalir deras buat LAPINDO yg Amdal-nya juga dipertanyakan?? Perusahaan sebesar itu tapi Amdalnya ancurrr...payah !

Anang, Tata,Doel: thx buat perhatiannya yaa. Semoga cepet tertangani nih musibah yg hari ke hari tambah parah :(

2:25 PM  
Anonymous Anonymous said...

ini bencana alam udah diluar kuasa manusia . orang jawa bilang ini jaman "kolobendu" hanya Tuhan yang bisa menghentikannya. tinggal kita bisa-bisanya mengambil hikmah aja.

11:45 AM  
Anonymous Anonymous said...

ini bencana alam udah diluar kuasa manusia . orang jawa bilang ini jaman "kolobendu" hanya Tuhan yang bisa menghentikannya. tinggal kita bisa-bisanya mengambil hikmah aja.
isna

11:45 AM  
Anonymous Anonymous said...

This comment has been removed by a blog administrator.

11:45 AM  
Anonymous Anonymous said...

This comment has been removed by a blog administrator.

11:45 AM  
Anonymous Anonymous said...

This comment has been removed by a blog administrator.

11:47 AM  
Blogger Apey said...

Isna : Tengs jeng. Kita manusia hanya bisa memasrahkan semuanya kepada Tuhan Sang Sutradara kehidupan :)

7:44 AM  
Blogger kinanthi sophia ambalika said...

alaaaahhh pey koyoke kok ra mari-mari yo sing jenenge bancana. sing siji durung ketanganan sing liya onok maneh. Koyo-koyo kok urip rekasa terus. salah sapo cobo!...

btw tulisan reportmu apik tenen pey. mbok di cobo nulis2 feature koyoke pas loh

10:02 PM  
Blogger Apey said...

Sam : Entahlah hukuman apalagi yang harus kita jalani dari NYA. Saling mendoakan aja Sam. Mosok sih apik Sam? tengs ya. Lagi pengen create buku kayak kamu malah :)

5:33 PM  
Blogger Lili said...

Apey, itu bukan hukuman. Tetapi akibat ulah tangan manusia itu sendiri yg menyebabkan bencana alam itu terjadi...

Ikut prihatin dan sedih sama tangan2 jahil yg merusak negeri ini...

7:25 PM  
Anonymous Anonymous said...

Hmmm...
ada yang bilang itu bencana n ada yang bilang itu usaha lapindo untuk memperluas lahan secara eksterm n malah ada juga yang bilang itu kerena ada makam tetua penduduk disana yang tanpa dipindah tapi langsung di bangun pabrik diatasnya!!!
Wah gimana nih ya...
Klo liat keadaaan masyarakat sana,jadi nelongso n nangis.
Ya mudah2an kita jadi bangsa yang TAU DIRI

5:35 PM  
Anonymous Anonymous said...

What a great site http://www.gay-9.info Pilates in minneapolis order adipex training online Women27s totes shirts Dvd player wmv kitchen islands Diet gnc supplement

5:43 AM  

Post a Comment

<< Home