Thursday, June 28, 2007

Bicara Soal Guruh Gipsy

Salah seorang sahabat saya dalam ber"badai otak" masalah musik, menitipkan review-nya atas album Guruh Gipsy (1976) di bawah ini :

Bicara soal Guruh Gipsy (GG) adalah bicara tentang salah satu mahakarya anak bangsa kita yang benar-benar patut dibanggakan. Banyak dari kita tahu bahwa selama kurun waktu tiga puluh tahun terakhir ini jarang kita dapati karya yang demikian serius, njelimet, penuh idealisme sekaligus fantastis! Namun demikian pada masa peluncurannya kaset GG sangat sulit untuk dijual sampai-sampai di daerah Jakarta Barat dijual dengan cara menitipkan pada penjual obat kuat disepanjang jalan Gajah Mada (istilah kerennya disebut konsinyasi). Apa sebabnya? Karena jarang sekali ada toko kaset yang bersedia membeli karya itu.

Lagi-lagi pertanyaannya, mengapa? Saya rasa alasan yang paling hakiki ada 2 :

1. Harganya yang audzubillah mahalnya. Kaset pada saat itu berkisar antara Rp. 600 dan Rp. 700,-, sedangkan kaset GG dijual dengan harga Rp. 5.000, !!

2. Musiknya yang menurut istilah anak sekarang: Gak jelas.

Tapi ada baiknya kita simak apa yang ditulis oleh mas Guruh dalam booklet yang dijual bersama kasetnya: “Boleh jadi lagu-lagu tersebut agak berat dicernakan oleh umum. Lalu apa sesungguhnya yang terkandung dalam hati-sanubari kami? Terutama sekali, kami ingin menghasilkan suatu karya sebaik mungkin yang dapat mengajak para pemuda-pemudi kita untuk lebih memperhatikan kesenian dalam negeri. Untuk itu kami tetap teguh pada keyakinan kami dan sengaja melupakan beberapa segi komersiil. Musik ciptaan itulah yang kami harap perlu dikaji.”

Nah, jelas sekali bahwa ini memang bukan karya yang dibuat dengan tujuan komersiil. Tujuan mulia dari dibuatnya album ini adalah menyadarkan generasi muda untuk lebih menghargai kebudayaan asli Indonesia. Keprihatinan GG akan infiltrasi budaya asing yang semakin menggila pada saat itu (terutama yang terjadi di Bali) menjadi alasan dibuatnya beberapa lagu dari album itu. Sangat jelas dalam lirik Janger 1897 Saka dan Chopin Larung.

Saya sendiri juga gak habis mengerti mengapa pada saat itu bisa-bisanya suka dengan karya njelimet seperti ini sementara teman-teman disekeliling saya sedang berasik masyuk dengan lirik yang bermanis-manis dan bersayang-sayang versi Rinto Harahap, Koes Plus atau Panbers dan seterusnya.

Terus terang yang membuat saya kepincut dengan GG adalah karena intro dan liriknya Indonesia Maharddhika. Setelah itu komposisi secara keseluruhan. Benar-benar jarang kita temui komposisi yang seperti ini di negeri ini. Kalau boleh sekedar membandingkan mungkin orang diluar sana boleh membicarakan tentang mahakarya seperti Bohemian Rhapsody. Kita boleh bangga karena kita punya Indonesia Maharddhika. Nah!

Sesuai judulnya lagu ini benar-benar membuat kita merasakan Indonesia yang kaya-raya, kuat dan perkasa. Lagu berikutnya Choping Larung tidak kalah asik karena menyangkut komposer idola saya, Fryderyk Franciszek Chopin. Kedua lagu itu sempat diputar sampai mungkin puluhan kali. Lagu lainnya yang terus menerus saya simak adalah Janger 1897 Saka. Wah ini benar-benar asik untuk didengarkan. Suasana yang tercipta dari lagu itu benar-benar bernuansa kerakyatan. GG memadukan musik janger dengan orkestra simfoni dalam lagu ini. Indah. Tak terlukiskan dengan kata-kata. Secara bertahap akhirnya semua lagu dilahap dengan nikmatnya. Malah terkahir saya sangat menyukai Geger gelgel, lagu yang merupakan perpaduan gamelan Bali dan musik rock barat.

Oh yah, masih ada satu lagu yang perlu dicatat walau agak pendek, yaitu Smaradhana. Ini versi “asli” Smaradhana, suasananya begitu magis. Berbeda sekali dengan Smaradhana yang kita kenal walau dinyanyikan oleh penyanyi yang sama.

Waktu terus berjalan, 30 tahun telah berlalu. Karya yang dulu kurang atau malah sama sekali tidak diperhatikan orang sekarang malah makin dicari dan diburu oleh kolektor-kolektor musik bukan dari tanah air tapi juga dari mancanegara! Album ini termasuk yang paling sering disinggung oleh penulis dan pemerhati musik di Indonesia. Kelihatannya semakin hari semakin meningkat popularitas album ini. Saya sempat membaca di blog salah seorang teman: bagaimana histerisnya dia ketika mendapatkan kaset GG yang asli kira-kira 2 atau 3 minggu yang lalu. Ini yang terjadi di tanah air. Lalu yang di luar negeri sana?

Kita juga sama-sama mafhum bahwa berita terakhir tentang album ini malah sudah dibajak oleh seorang berkebangsaan Jerman dan dijual via internet. Saya sebut dibajak karena karya ini memang diperbanyak dalam bentuk LP tanpa seijin personil Gipsy maupun mas Guruh. Diluar itu, kita memang boleh mengacungkan jempol atas hasil pembajakan ini karena kualitas rekamannya yang boleh dibilang lumayan mengingat sumbernya hanyalah kaset biasa. LP ini diproduksi secara terbatas (limited edition) sebanyak 450pcs saja. Ada nomor urutnya dari setiap LPnya.

Produsennya sendiri sekarang sudah tidak mempunyai stock lagi sehingga Mas Guruh yang mencoba untuk “membeli karyanya sendiri” juga sudah kehabisan. Namun kita masih bisa mendapatkannya dari beberapa penjual diluar produsennya. Kabar terakhir yang saya dengar adalah LP ini mau diproduksi lagi dan bukan hanya LPnya tapi juga dalam bentuk CD. Hal inilah yang membuat Bang Keenan sebagai salah satu perintis karya eksperimen ini menjadi berang dan menegur sang produsen agar menghentikan usahanya sebelum perkara hak cipta diselesaikan. Dalam harian Kompas juga disebutkan bahwa Bang Keenan bermaksud membawa perkara ini ke meja-hijau bila karya ini diperbanyak lagi.

Akhir kata bagi yang belum sempat menikmati karya GG, selamat mencari dan mendengarkan karya yang berasal dari hati sanu-bari dan yang diciptakan dengan serius tanpa pertimbangan komersiil oleh musisi Indonesia yang reputasinya sudah terbukti selama lebih dari 3 dasawarsa.


Beberapa fakta dari album GG:

  • Intro lagu Indonesia Maharddhika diinspirasikan dari lagu That’s the way (I like it). Lagu disco yang sangat populer dipertengahan tahun 70an, dibawakan oleh KC and the Sunshine Band.
  • Dalam lagu Chopin Larung, Fantasie Impromptu karya Fryderyk Franciszek Chopin dimainkan oleh Ronny Harahap. Trisutji Kamal banyak membantu dalam proses pembuatan lagu Chopin Larung (dan juga lagu-lagu lainnya). Karya ini juga menunjukkan kekhawatiran GG atas fenomena masuknya kebudayaan barat kedalam kebudayaan kita (khususnya kebudayaan Bali).
  • Bunyi piano yang terdengar dalam lagu Geger gelgel berasal dari piano yang sudah sumbang, dibuat sedemikian rupa sehingga terdengar seperti nada-nada pentatonis.
  • Album GG adalah album perdananya Chrismansyah Rahadi atau Chrisye. Keterlibatan Chrisye hanya pada akhir project saja. Jadi secara konsep, Chrisye tidak banyak berperan.
  • Musik di album GG dipengaruhi oleh napas Genesis terutama lagu Indonesia Maharddhika.
  • Keenan sudah mulai mencoba mengawinkan musik tradisonal dengan musik barat sejak tahun 1966.
  • Lirik dari lagu Indonesia Maharddhika memakai huruf atau suku kata pertama dari masing-masing pendukung GG.
Tanggal 23 Juni 2007, yang lalu saya dapat kabar dari Bang Keenan bahwa CD GG sudah dijual via internet dengan memakai embel-embel Musica Studio, asalnya dari negeri Belanda!!

GURUH GIPSY ARE :
Guruh Sukarno Putra (Muhammad Guruh Irianto Sukarno Putra): all gamelan & lyrics

Keenan Nasution (Rada Krisnan Nasution) : Drums & Vocal

Odink Nasution (Aumar Naudin Nasution : Guitars

Abadi Soesman : mini moog

Roni Harahap (Zahrun Hafni Harahap) : piano & organ

Chrisye (Chrismansyah Rahadi) : Bass & Vocal

Guest Players:
I Gusti Kompang Raka : Balinese Gamelan
Trisuci Kamal : piano

Gauri Nasution : guitar
Bornok & Rugun Hutauruk : backing vocals
ditambah dengan sejumlah additional player dan sederet pemusik asal Bali lainnya

noted: Thanks a zillion buat Mas Wowo yg udah mengijinkan review-nya untuk blog ini. This is a master piece one !!

Friendship

Kemaren dapat beberapa sms balasan atas sms best friend's day yg saya kirim. Ada yg say thanks krn menjadikan dia salah satu org yang saya sayangi, atau ada juga yang bilang terimakasih untuk mau berteman dia. Just simple as that, tapi semuanya membuat saya terharu, betapa Tuhan telah memberikan teman-2 dan sahabat terbaik buat saya.

Hidup terasa indah dan bahagia manakala saya sadari nikmat atas anugrah teman dan sahabat yang selalu ada saat kita membutuhkan. Ada
telinga mereka untuk mendengar keluhan kita, ada semangat yg dihembuskan kan saat kita jatuh, bahu mereka untuk kita bersandar saat menangis, dan ada senyum & tawa saat suka cita.


Berikut adalah kutipan sms dari satu sahabat, terlalu indah untuk disimpan sendiri dan takut nantinya akan terdelete dari inbox henpon, biarlah posting ini jadi safety box pesan indah ini.

Memohon pada bintang-bintang
untuk dapat kembali bersamamu lagi menjadi kebiasaan baruku.
Saat memandang matahari terbenam
untuk mencari bayanganmu dalam mimpiku
Aku kesepian hatiku terbang menemuimu
namun hanya mampu menyimpanmu dalam hati dan pikiranku
menangis tiada henti untukmu selamanya hingga kita bertemu lagi

Terima kasih Ya Allah, telah kau berikan teman-teman dan sahabat terbaik dalam hidupku.

Friday, June 15, 2007

LEVEL 42 kagak ada matinya !!

Semalem akhirnya bisa balas dendam juga nonton Level 42 setelah kegagalan episode Java Jazz di Jkt yg lalu. Di saat personil2-nya udh padha "sepuh" permainan mereka tetep hebohh..!! Bukan Level 42 namanya kalo gak bisa ngocok emosi penonton buat goyang bareng beat-beat mereka and especially betotan bass-nya si Mark King.

Konser dimulai sekitar 8.30-an wib. Pas lampu ballroom Shangrilla Hotel dipadamkan tanda show akan mulai, dan kita cuman bisa ngeliat lampu bass-nya Mark King, penonton langsung histeriss jejeritan! Kali ini bass dgn lampu warna merah yg dipake Mark, beda sama pas thn 2003 lampu bass-nya warna warni gitu. Ngeliat pemandangan kontras di panggung gitu eh penonton di belakang saya sempet nyeletuk "kayak Star wars yo..si Mark bawa pedang nyala.." halah!

Dive into the Sun dari album Retroglide langsung jadi pembuka, kocekan bass di intro awal lagu ini udah mulai gelitikin buat goyang dah. Lanjut sama lagu tempo sedang To be With You Again , dan naik lagi di Hot Water. Di akhir lagu ini penonton udah mulai disuguhi solo bass-nya Mark King yang anjrittt bener !!. Ngalir lagi komposisi Rooted, World Machine, Something About You, Leaving me now, The Sun Goes Down. Pas lagu Living it up ini si Mark nyoba komunikatif ke penonton buat echo..living it up..living it up..I can feel it..

Aksi-aksi individual mulai ditebar disana sini. Mike Lindup di Keyboard, Gary Husband (drum), Nathan King (gitar) dan member paling bontot si Sean Freeman (saxophone) lancar jaya aja gitu sahut-sahutan improve di tengah-tengah lagu. Vokal Mike Lindup dominan di komposisi Starchild. Suasana ballroom makin panas waktu lagu-lagu lama dimainkan, mulai dari Love Game, Running in the Family terus sambung sama Lesson in Love, jadi penutup akhir babak pertama.

Aksi maestro bass - Mark King

Teriakan we want more, we want more penonton setelah band undur diri sejenak akhirnya berubah jadi jejeritan lagi saat si Gary Husband balik duluan di panggung and perform solo drum. Penonton makin blingsatan histeris lagi ngeliat the whole band tampil lagi ke panggung buat lagu penghujung concert malem itu, Chinesse Way.


Setelah Chinese Way, akhirnya mereka bener-bener pamit buat Surabaya meski penonton tetep berharap mereka keluar lagi. Meskipun saya pribadi belum puasss bener krn masih pengen denger Guaranteed, Tracie, Forever Now, Love in a peacefull World, Clouds dan sejumlah lagu favorite mereka yang lain..after all nih grup emang gak ada matinya !!! Secara ini jadi penampilan puncak dari rangkaian tour mereka di Indonesia kali ini.

Biar Sby kudu puas dapet giliran hari terakhir rangkaian tour Indonesia kali ini, dan nampak sedikit gurat-gurat kelelahan dari band krn malam sblmnya tampil di Bandung, tapi tetep aja overall irama permainan mrk yg tetep terjaga dari awal lagu sampai akhir.
Penampilan mereka terasa lebih spesial dibanding kali pertama saya nonton, dengan sound system dan lighting yang lebih top markotop!! sumpeh bener lightingnya bikin saya termehek-2. Sibuk sendiri antara ngerekam di cam digital sederhana tapi juga pengen goyang..nah loh ! haha...

LEVEL 42 ITS THE BEST IN THIS PLANET !!

Friday, June 08, 2007

My Map