Bayi itu belum bernama
Bayi itu begitu lucu, bibir mungilnya seperti tersenyum kecil, pipinya montok, badannya besar..lahir 4,2kg katanya...tapi sayang....wajahnya nampak membiru dan....dia sudah tidak bernyawa
Innalilahi Waiinalilahi Roj'un...
Alangkah kaget saya semalem pulang dari kantor, tapi di ujung blok udah ada bendera palang merah tanda kematian. Tidak lama saya tahu dari orang rumah kalo yang meninggal adalah bayi anak tetangga yang hari Jumat kmaren baru melahirkan, yang hari Sabtu-nya baru saya belikan peralatan mandi untuk dia dan yang hari Minggu-nya baru dijenguk nyokap bareng ibu-ibu PKK ke rumahnya.
Bapak & Ibu si jabang bayi itu baru sekitar 6 bulan pindah ke kompleks perumahan tempat saya tinggal. Mereka pindahan dari perumahan Tanggul Angin Sejahtera (TAS) yang kena luberan lumpur lapindo itu. Baru juga tahu kemaren kalo ganti rugi mereka baru akan cair bulan Desember mendatang..(itupun kalo tepat waktu). Sudah kebayang penderitaan mereka karena kehilangan rumah itu dan kemaren pasangan itu sudah harus mendapatkan cobaan yang lain pula dari Nya.
Iba sekali rasanya membayangkan mereka masih juga harus kehilangan putra kedua mereka yang meninggalkan tanda tanya besar akan penyebab kematiannya. Secara menurut cerita nyokap, si adik bayi ini lahir hari Jumat lalu dan dari pihak rumah sakit juga langsung membolehkan pulang ibu+bayi keesokan harinya (Sabtu) karena dianggap telah sehat oleh dokter yang menangani persalinannya. Dan hari Senin kmaren, bagaikan mendapat petir di siang bolong, si Ibu hanya bisa syok dalam tangisnya dan beberapa kali hilang kesadaran menghadapi fakta anaknya sudah pergi untuk selamanya.
Peristiwa itu terjadi begitu cepat. Diawali dengan tangisan si bayi yang gak berhenti-2 pada sekitar pukul 3 sore, padahal kata nyokap hari minggu saat ditengok dia tenang dan tidak menampakkan kelainan secara kasat mata. Tidak lama si Ibu panik karena muncul bercak-bercak merah di sekujur tubuh bayinya. Dia mengira itu hanya biang keringat biasa. Karena tangis bayi tak juga redha, atas saran ibu-ibu di sekitar maka diputuskan untuk segera di bawa ke rumah sakit. Namun Allah Swt nampaknya berkehendak lain. Di perjalanan ke rumah sakit sekitar pukul 4-an si adik bayi itu telah meninggal. Hingga pagi tadi saya berangkat ke kantor, belum ada berita yang lebih akurat tentang penyebab kematiannya.
Begitu mendengar berita duka tersebut, saya sempatkan untuk takziyah ke rumah duka semalem dan melihat si jabang bayi itu dalam tidur abadinya. So peacefull. Semoga Allah Swt, memberikan kekuatan & ketabahan bagi Bapak & Ibu-nya untuk menghadapi cobaan ini. Subhannalah...
dan dia bahkan belum sempat diberi nama ....