Salah seorang sahabat saya dalam ber"badai otak" masalah musik, menitipkan review-nya atas album Guruh Gipsy (1976) di bawah ini :
Bicara soal Guruh Gipsy (GG) adalah bicara tentang salah satu mahakarya anak bangsa kita yang benar-benar patut dibanggakan. Banyak dari kita tahu bahwa selama kurun waktu tiga puluh tahun terakhir ini jarang kita dapati karya yang demikian serius, njelimet, penuh idealisme sekaligus fantastis! Namun demikian pada masa peluncurannya kaset GG sangat sulit untuk dijual sampai-sampai di daerah Jakarta Barat dijual dengan cara menitipkan pada penjual obat kuat disepanjang jalan Gajah Mada (istilah kerennya disebut konsinyasi). Apa sebabnya? Karena jarang sekali ada toko kaset yang bersedia membeli karya itu.
Lagi-lagi pertanyaannya, mengapa? Saya rasa alasan yang paling hakiki ada 2 :
1. Harganya yang audzubillah mahalnya. Kaset pada saat itu berkisar antara Rp. 600 dan Rp. 700,-, sedangkan kaset GG dijual dengan harga Rp. 5.000, !!
2. Musiknya yang menurut istilah anak sekarang: Gak jelas.
Tapi ada baiknya kita simak apa yang ditulis oleh mas Guruh dalam booklet yang dijual bersama kasetnya: “Boleh jadi lagu-lagu tersebut agak berat dicernakan oleh umum. Lalu apa sesungguhnya yang terkandung dalam hati-sanubari kami? Terutama sekali, kami ingin menghasilkan suatu karya sebaik mungkin yang dapat mengajak para pemuda-pemudi kita untuk lebih memperhatikan kesenian dalam negeri. Untuk itu kami tetap teguh pada keyakinan kami dan sengaja melupakan beberapa segi komersiil. Musik ciptaan itulah yang kami harap perlu dikaji.”
Nah, jelas sekali bahwa ini memang bukan karya yang dibuat dengan tujuan komersiil. Tujuan mulia dari dibuatnya album ini adalah menyadarkan generasi muda untuk lebih menghargai kebudayaan asli Indonesia. Keprihatinan GG akan infiltrasi budaya asing yang semakin menggila pada saat itu (terutama yang terjadi di Bali) menjadi alasan dibuatnya beberapa lagu dari album itu. Sangat jelas dalam lirik Janger 1897 Saka dan Chopin Larung.
Saya sendiri juga gak habis mengerti mengapa pada saat itu bisa-bisanya suka dengan karya njelimet seperti ini sementara teman-teman disekeliling saya sedang berasik masyuk dengan lirik yang bermanis-manis dan bersayang-sayang versi Rinto Harahap, Koes Plus atau Panbers dan seterusnya.
Terus terang yang membuat saya kepincut dengan GG adalah karena intro dan liriknya Indonesia Maharddhika. Setelah itu komposisi secara keseluruhan. Benar-benar jarang kita temui komposisi yang seperti ini di negeri ini. Kalau boleh sekedar membandingkan mungkin orang diluar sana boleh membicarakan tentang mahakarya seperti Bohemian Rhapsody. Kita boleh bangga karena kita punya Indonesia Maharddhika. Nah!
Sesuai judulnya lagu ini benar-benar membuat kita merasakan Indonesia yang kaya-raya, kuat dan perkasa. Lagu berikutnya Choping Larung tidak kalah asik karena menyangkut komposer idola saya, Fryderyk Franciszek Chopin. Kedua lagu itu sempat diputar sampai mungkin puluhan kali. Lagu lainnya yang terus menerus saya simak adalah Janger 1897 Saka. Wah ini benar-benar asik untuk didengarkan. Suasana yang tercipta dari lagu itu benar-benar bernuansa kerakyatan. GG memadukan musik janger dengan orkestra simfoni dalam lagu ini. Indah. Tak terlukiskan dengan kata-kata. Secara bertahap akhirnya semua lagu dilahap dengan nikmatnya. Malah terkahir saya sangat menyukai Geger gelgel, lagu yang merupakan perpaduan gamelan Bali dan musik rock barat.
Oh yah, masih ada satu lagu yang perlu dicatat walau agak pendek, yaitu Smaradhana. Ini versi “asli” Smaradhana, suasananya begitu magis. Berbeda sekali dengan Smaradhana yang kita kenal walau dinyanyikan oleh penyanyi yang sama.
Waktu terus berjalan, 30 tahun telah berlalu. Karya yang dulu kurang atau malah sama sekali tidak diperhatikan orang sekarang malah makin dicari dan diburu oleh kolektor-kolektor musik bukan dari tanah air tapi juga dari mancanegara! Album ini termasuk yang paling sering disinggung oleh penulis dan pemerhati musik di Indonesia. Kelihatannya semakin hari semakin meningkat popularitas album ini. Saya sempat membaca di blog salah seorang teman: bagaimana histerisnya dia ketika mendapatkan kaset GG yang asli kira-kira 2 atau 3 minggu yang lalu. Ini yang terjadi di tanah air. Lalu yang di luar negeri sana?
Kita juga sama-sama mafhum bahwa berita terakhir tentang album ini malah sudah dibajak oleh seorang berkebangsaan Jerman dan dijual via internet. Saya sebut dibajak karena karya ini memang diperbanyak dalam bentuk LP tanpa seijin personil Gipsy maupun mas Guruh. Diluar itu, kita memang boleh mengacungkan jempol atas hasil pembajakan ini karena kualitas rekamannya yang boleh dibilang lumayan mengingat sumbernya hanyalah kaset biasa. LP ini diproduksi secara terbatas (limited edition) sebanyak 450pcs saja. Ada nomor urutnya dari setiap LPnya.
Produsennya sendiri sekarang sudah tidak mempunyai stock lagi sehingga Mas Guruh yang mencoba untuk “membeli karyanya sendiri” juga sudah kehabisan. Namun kita masih bisa mendapatkannya dari beberapa penjual diluar produsennya. Kabar terakhir yang saya dengar adalah LP ini mau diproduksi lagi dan bukan hanya LPnya tapi juga dalam bentuk CD. Hal inilah yang membuat Bang Keenan sebagai salah satu perintis karya eksperimen ini menjadi berang dan menegur sang produsen agar menghentikan usahanya sebelum perkara hak cipta diselesaikan. Dalam harian Kompas juga disebutkan bahwa Bang Keenan bermaksud membawa perkara ini ke meja-hijau bila karya ini diperbanyak lagi.
Akhir kata bagi yang belum sempat menikmati karya GG, selamat mencari dan mendengarkan karya yang berasal dari hati sanu-bari dan yang diciptakan dengan serius tanpa pertimbangan komersiil oleh musisi Indonesia yang reputasinya sudah terbukti selama lebih dari 3 dasawarsa.
Beberapa fakta dari album GG:
- Intro lagu Indonesia Maharddhika diinspirasikan dari lagu That’s the way (I like it). Lagu disco yang sangat populer dipertengahan tahun 70an, dibawakan oleh KC and the Sunshine Band.
- Dalam lagu Chopin Larung, Fantasie Impromptu karya Fryderyk Franciszek Chopin dimainkan oleh Ronny Harahap. Trisutji Kamal banyak membantu dalam proses pembuatan lagu Chopin Larung (dan juga lagu-lagu lainnya). Karya ini juga menunjukkan kekhawatiran GG atas fenomena masuknya kebudayaan barat kedalam kebudayaan kita (khususnya kebudayaan Bali).
- Bunyi piano yang terdengar dalam lagu Geger gelgel berasal dari piano yang sudah sumbang, dibuat sedemikian rupa sehingga terdengar seperti nada-nada pentatonis.
- Album GG adalah album perdananya Chrismansyah Rahadi atau Chrisye. Keterlibatan Chrisye hanya pada akhir project saja. Jadi secara konsep, Chrisye tidak banyak berperan.
- Musik di album GG dipengaruhi oleh napas Genesis terutama lagu Indonesia Maharddhika.
- Keenan sudah mulai mencoba mengawinkan musik tradisonal dengan musik barat sejak tahun 1966.
- Lirik dari lagu Indonesia Maharddhika memakai huruf atau suku kata pertama dari masing-masing pendukung GG.
Tanggal 23 Juni 2007, yang lalu saya dapat kabar dari Bang Keenan bahwa CD GG sudah dijual via internet dengan memakai embel-embel Musica Studio, asalnya dari negeri Belanda!!
GURUH GIPSY ARE :
Guruh Sukarno Putra (Muhammad Guruh Irianto Sukarno Putra): all gamelan & lyrics
Keenan Nasution (Rada Krisnan Nasution) : Drums & Vocal
Odink Nasution (Aumar Naudin Nasution : Guitars
Abadi Soesman : mini moog
Roni Harahap (Zahrun Hafni Harahap) : piano & organ
Chrisye (Chrismansyah Rahadi) : Bass & Vocal
Guest Players:
I Gusti Kompang Raka : Balinese Gamelan
Trisuci Kamal : piano
Gauri Nasution : guitar
Bornok & Rugun Hutauruk : backing vocals
ditambah dengan sejumlah additional player dan sederet pemusik asal Bali lainnya
noted: Thanks a zillion buat Mas Wowo yg udah mengijinkan review-nya untuk blog ini. This is a master piece one !!