Groundzero ( kantong mayat ..bag 2)
Secara sejak terjebak macet di Rambipuji dan tahu bahwa jalur ke lokasi bencana ditutup dan ada larangan masuk, setelah penyerahan sumbangan selesai, beberapa dari kami mencoba untuk cari info adanya kemungkinan agar bisa mencapai lokasi musibah. Tidak lengkap rasanya kalau sampai tidak bisa melihat dengan mata kepala sendiri lokasi yang beberapa hari lalu telah kita lihat gambar “SEBELUM” dan “SESUDAH” musibah melalui kiriman email kantor pusat.
Saat berkerumun ngomongin rencana keberangkatan ke area musibah, gak lama kemudian ada mobil perkebunan yang datang membawa sejumlah barang-barang dari lokasi Keputren. Ternyata mobil tersebut baru saja selesai mengevakuasi beberapa aset perkebunan yang masih bisa diselamatkan. Belakangan baru kami tahu bahwa mobil itupun juga baru bisa beroperasi hari ini setelah dievakuasi dari lokasi.
Melalui proses bargaining dengan salah satu penanggung jawab setempat mengenai berapa jumlah orang dari kami yang boleh ke lokasi dan berikut cara peluncurannya, akhirnya kami mendapat isyarat bahwa paling tidak kami bisa mendekati “ground zero” tersebut dengan catatan : mobil panther & mobil box yang kami pakai hanya boleh sampai titik perkampungan terakhir. Dari situ kami akan transit dengan memakai mobil perkebunan tersebut. Kami langsung mengiyakan tawaran tersebut dan segera meluncur ke lokasi beriringan dengan mobil kebun itu.
OFF ROAD
Ternyata medan yang ditempuh untuk menuju groundzero ini sangat sulit. Jalan makadam yang harus dilalui membuat perjalanan menjadi terasa panjanggg dan lamaaaaa. Setelah tiba di titik transit kami bertukar mobil dan akhirnya 10 orang plus 1 orang pegawai perkebunan naik juga di bak belakang kendaraan terbuka itu. Perjalanan cukup mengasyikkan karena melewati perkebunan kopi dan cocoa yang indah. Mobil yg kecil itu ternyata ”ulet” dan mampu menempuh jalan terjal menurun yg harus dilalui plus membawa 11 org dibelakangnya. Ketrampilan mengendarai pak sopir yang membawa kami sangat hebat. Sedikit saja terlambat atau terlalu cepat mengambil haluan, maut lah jadinya.
Akhirnya sampai juga kami di bibir lembah tempat tali sebagai tanda “DILARANG MELINTAS” terpasang. Dari kejauhan sudah bisa terlihat caruk maruknya wajah landscape afdeling Keputren karena disapu oleh longsor ini. Kembali kami dihadapkan pada larangan untuk tidak memasuki area longsor tersebut. Namun tidak lama, ajakan untuk turun ke lokasi dari bapak sopir mobil kebun yang kami tumpangi jadi pass utk ikut turun.
Sudah terlintas bahwa medan yang akan kami lalui nanti pasti tidak mudah untuk mencapai Groundzero (lokasi longsor) ini. Berbekal warning agar hati-hati mengenai sepatu karena tanah berlumpur yang licin, akhirnya seluruh tim Domus memutuskan untuk turun dan menuju Groundzero. Dugaan kami benar, kami harus melalui jalan yang berlumpur dan turunan bukit di depan yang juga curam, dengan kemiringan hampir 45'.
Dan akhirnya………*piufff* the groundzero.. Sesampai di lokasi, kami bertemu dengan sekelompok PA dan juga penanggungjawab SAR yang waktu itu bertugas. Dengan peringatan agar tidak berada lama-lama di lokasi tersebut dan segera meninggalkan lokasi manakala sudah mulai mendung. “Kami khawatir kalo ada apa-apa dengan rombongan ibu karena kantong mayat kami tinggal tiga......”, . Demikian kata-kata yang cukup menohok kami dengar.... *dalam hati saya ngumpat sambil menghitung jml anggota rombongan saya kan ada 10 orang!!*.
Selain dari kata2 itu yang bikin suasana jadi tambah seram, secara suasana sepi yang menyambut kami masuk di lokasi yang dulunya adalah perkampungan pegawai afdeling perkebunan itu. Perkampungan itu kini tinggal menjadi puing2 rumah disana sini plus dominasi lumpur yang ada. Layaknya seperti desa mati karena sudah ditinggalkan seluruh penghuninya untuk mengungsi. Karena pertimbangan keamanan rombongan, langsung saya meminta teman2 yang lain untuk tidak terlalu jauh memasuki lokasi. Hanya sekitar 15 menit kami berada di groundzero karena tim SAR juga masih berkegiatan disana untuk mencari 8 orang pegawai perkebunan yang masih belum diketemukan.
Suerr..pengalaman turun ke tempat seperti ini jadi pengalaman yang menegangkan (tapi ada asyiknya juga). Setelah mengambil beberapa gambar & motion akhirnya kami segera meninggalkan tempat itu. Alhamdulilah semua dari kami akhirnya bisa kembali pulang tanpa kurang suatu apapun.
Berikut ini adalah gambar2 yang di ambil dalam bayang-bayang kata “kantong mayat tinggal 3....”
seekor kambing yang ditemukan masih hidup
oleh kelompok pecinta alam
sulit menggambarkan bentuk asal
bangunan dibawah bebatuan ini