Saturday, April 29, 2006

The Moderator

Saya mulai kenal internet dan punya account email pertama di yahoo sekitar tahun 1999. Setelah tahu sedikit demi sedikit powerfullnya dunia cyber, saya mulai tergila-gila dan betah berlama-lama di warnet (maklum waktu itu belom konek sendiri dari rumah). Di tahun-tahun awal saya lebih sering menggunakan internet untuk browsing/chating dan belum terlalu tahu banyak tentang bagaimana memanfaatkan resource2 di internet untuk hal-hal yang lebih produktif. Sampai satu hari ada satu temen yang ngajari saya bikin milist melalui egroups. Setelah denger penjelasan dari dia ttg menu-menu milist yang memungkinkan untuk saling sharing informasi dan menjaga intensitas hubungan satu komunitas, maka iseng-iseng saya create satu account di egrous yang kemudian berganti di yahoogroups.

Terdorong rasa kangen sama temen-temen kuliah yang mulai menyebar dan menjalani kehidupan masing-masing, maka tanggal 15 April 2000 ter-create lah satu account milist di yahoogroups untuk alumni kampus psikologi unair . Segera saya tahu bahwa sebagai creator milist, saya dapat julukan moderator. Di awal-awal create milist ini tidak terlalu banyak alamat email temen-temen alumni yang bisa terkumpul secara belum banyak yang punya email and blm banyak perusahaan kala itu yang punya domain sendiri. Tapi seperti juga Lao_tze bilang : "the journey of a thousand miles begins with one step , lambat laun mulai banyak temen alumni yang tahu tentang adanya komunitas dunia cyber ini dan segera subscribe untuk join.

Perlu waktu beberapa lama untuk mendapatkan pola milist yang bisa mengakomodir usul beberapa teman sampai akhirnya bisa bertahan dengan pola yang ada sampai saat ini. Mulai dari sistim membership sampai isi postingan. Pertama-tama masih berlaku open members alias tidak ada saringan kepada siapa saja yang mau subscribe. Namun belakangan setelah ada spam email & member yang memposting dengan hal-hal yang tidak sesuai dengan misi milist, baru saya sadar untuk memposisikan diri sebagai moderator yang akhirnya sejumlah rule dibentuk setelah dilemparkan dalam forum.

Makin berkembangnya dot com awal-awal 2000-an kayaknya ngaruh juga dengan semakin banyaknya alumnus yang tahu keberadaan milist. Selain bertambah jumlah membernya yang kini berjumlah 206 orang, intensitas komunikasi dan content materi yang disharingkan juga terus berkembang. Temen-temen alumni yang sudah terebar di seantero Indonesia maupun yang lagi melanjutkan studi di luar negeri jadi bisa lebih bisa bertukar informasi.Dengan tambah maraknya milist, otmotatis juga menambah aktivitas yang harus saya lakukan selaku moderator untuk mengapprove imel-imel yang subscibe karena keanggotaan tidak lagi free seperti pertama dulu. Alhamdulilah kalo ternyata tujuan awal milist ini dibentuk sebagai ajang sharing informasi bener-bener bisa berjalan. Bahkan 2 tahun terakhir temen-temen alumnus yang tersebar di Jakarta dan sekitarnya sudah punya agenda pertemuan tiap 2-3 bulan sekali untuk membahas atau sharing tentang sesuatu topik yang berhubungan dengan latar pendidikan & karir saat ini. Mulai dari topik pendidikan anak, terapi autis, alat test psikologi, Neuro Linguistic Program (NLP), dll.

Tidak terasa telah enam tahun lewat dan pada tanggal 15 April 2006 yang lalu saat ada pertemuan sharing di Jakarta, alhamdulilah saya bisa join kumpul dan ketemu dengan adik/kakak kelas alumni yang selama ini hanya saya tahu lewat milist. Setelah sharing topik Spiritual Emotional Freedom Therapy (S-EFT), kami merayakan ultah milist ke-6 dengan perayaan sederhana potong kue plus lilin angka 6nya. Rasanya seneng and bangga!! ternyata “keisengan” saya 6 tahun lalu itu sekarang telah jadi satu media yang bisa menyambung tali silaturahim di antara temen-temen alumni dan insya allah sharing pengetahuan/informasi selama ini akan lebih banyak lagi membawa manfaat.

happy birthday milist !!


Tuesday, April 25, 2006

Bandung & Jakarta : Great Escape !!


Harusnya segera posting updetan blog minggu lalu deh. Tapi apa daya langsung ditimpuk sama kerjaan pasca cuti kantor memanfaatkan “minggu kecepit nasional” tgl 11-13April yang lalu. Kesempatan itu saya pakai pergi ke Jakarta, Cilegon and Bandung. Lumayan lah seminggu lamanya withdrawal dari rutinitas kerja. Secara dgn 3 hari cuti plus libur nasional 2 hari dalam minggu itu, jadinya saya bisa libur seminggu dan jelas bikin iri temen2 kantor yang kalah start sama rencana saya (maaf yaa teman2 bulan maret udh nyodor form cuti ke boss sih hehehe...)

Kalo Jakarta & Cilegon udah selalu jadi “default” tiap kali pergi, kali ini Bandung jadi tujuan tambahan liburan karena udah lama banget sejak thn.99 terakhir ke sana !! Cerita-cerita seputar hebohnya FO di bandung masih aja buat penasaran…*duuhh kasian org Sby seperti saya yg FO2-nya udah mati suri*. Berangkat dari Sby sabtu sore then malam minggu sampai di jkt. Sebenernya waktu itu pengen langsung ketemuan sama Unai yg datang hari itu ke Jkt dari Yogya. Ternyata jadwal gak klop-klop karena minggu pagi saya sudah meluncur ke Bandung. Gak berhasil juga janji ketemuan sama Sam & Ummi Lili. Ahh ternyata kalo sudah mobile kayak gitu jadi susah ngatur jadwal dengan baik & benar.

PARIS VAN JAVA
Minggu pagi meluncur ke Bandung pake travel. Nah ini kesempatan saya buat ngincipin jalan tol cipularang yang sering jadi berita karena sempat ambles di beberapa ruas jalannya itu. Ternyata perjalanan menuju Bandung dari Jakarta memang jadi lebih singkat via cipularang itu, hanya butuh waktu kurang lebih 2 jam. Sampai di Bandung udah ditungguin sama my bro & anak2nya yang diam-diam sudah ada di Bandung sehari sebelumnya. Surprise juga krn saya pikir baru bisa ketemu mereka setelah dari Bandung ini…senengg bgt !!

Stay 2 hari di Bandung yang waktu itu lagi padat banget sama org-org jakarta & sekitarnya yang padha long wiken….pweuff…!! Tujuan langsung..tour de FO. Biar kerasa kurang nyaman karena padatnya orang yang belanja, tapi lumayan puasin nafsu shoping & jalan sampe gempor kaki dari FO ke FO. Sebagai orang yang sudah lumayan lama gak liat Bandung, cukup membuat terbengong2 juga ngelihat perkembangan Bandung yang tambah padat & macet!

Sempat bete juga 1 jam naik angkot yang lebih lama waktu macetnya daripada jalannya. Tapi selain hal-hal yang bikin gak banget itu, lihat bandung Paris Van java ini memang kota yang asyik buat jalan deh. Saya bener2 kagum ngelihat kreatifnya penataan eksterior or interior tempat2 keramaian di sana. Mulai dari tempat makan dan puluhan FO rasanya berlomba2 bikin something eye catching buat narik pengunjung.

Di Bandung sempet wisata makan di beberapa tempat makan yang wajib dikunjungi. Setelah muter2 FO makan siang pergi ke Batagor Kingsley ternyata lagi puenuhh sesak sama pengunjung dan akhirnya dengan pertimbangan waktu urung makan di sana. Batagor akhirnya cuman di takeaway and makan di resto Sunda Ampera, pepesnya endangggg bgtt disini. Malam harinya kami menuju the valley di kawasan Dago pakar. Kembali terbengong2, selain karena cantiknya view kota Bandung dilihat dari atas dan eksterior lampu2nya valley, juga karena ngeliat ratusan orang pengunjung dan puluhan mobil di tempat parkir. Walhasil kami harus nunggu antri 1 jam lebih sejak check in padahal waktu sudah hampir jam 11 malam!! kelewat jauh dari jam dinner.
Tapi setelah akhirnya kami dapat tempat duduk di bagian luar dan mata jadi termanjakan oleh view-nya yang romantic itu rasanya worth juga sih dengan rasa bete nunggu antrian. Valley emang happening bgt dah !! Ayoo..siapa yang kangen sama Bandung? boleh ngiri sama postingan saya deh..hehee..

The Valley View

KOPDARAN JAKARTA
Sebelum berangkat liburan udah sempet posting lewat FS ngajak beberapa temen blog buat kopdaran kalo pas nanti saya ada di Jakarta. Jumat, 14 April diputusin sebagai hari H-nya dan Starbucks Plaza Semanggi jadi meeting point-nya. Sohib saya Vita and suaminya sempet join bentar. Ada Rio seleb blog yang jadi kali kedua ini ketemu, terus ada Arya , Nizar sama bapak dosen satu ini malah bisanya ketemu di Jakarta ketimbang ketemu di kampung halaman yang deket ma Sby ya, dan terakhir ada Jeng Nana..wahh kalo ini gak nyangka juga bisa ketemuan karena kebetulan dia pas di Jkt. Segera setelah kami berlima ngobrol, nih perut sampai hampir kram dibuat ketawa2 terpingkal-pingkal liat ulahnya Gusye Arya yg lagi bertingkah a la srimulat (bok..kalo liat gitu emang kamu cucoknya bikin grup lawak aja Gusye!!). Boleh dibilang sih kmaren adalah kopdaran saya yang pertama dengan temen2 bloging setelah hampir setahun saya bloging. Selama kurang lebih 2 jam sore itu kita ngobrol, rasanya malah kayak temu kangeen sama temen2 yang udah lama kenal. Mungkin begitulah rasanya kopdaran ma temen blog, komunikasi lewat blog rasanya bisa jadi cara untuk lebih kenal karakter antara kita. Pokoknya ketemuan sama temen2 blog gila ini jadi tambah bikin komplit perjalanan escape saya. Udah kangen rasanya buat ketemu ma mereka lagi…...

ki-ka : apey, rio, arya, jengnana, nizar


Friday, April 07, 2006

Beautiful Savana & Sand Sea (Bromo-part 2)

Tujuan kedua dari tour adalah menuju ke kawah Bromo yang terkenal dengan upacara Kasada-nya itu. Pemandangan selama perjalanan dari Penanjakan menuju Kawah Bromo indah banget. Kalau pagi dinihari saat kami berangkat ke Penanjakan tadi masih tidak sadar keindahan tempat yang kami lalui karena masih gelap, sekarang setelah terang kami tidak ingin melewatkannya begitu saja. Kami meminta Pak Yono, (driver jeep yang membawa kami) untuk menepi dan membiarkan kami untuk foto-foto sejenak...*narcis foreva!!*. Mata ini rasanya tak puas melahap pemandangan alam yang begitu indah. Setelah mobil lebih turun lagi dari tikungan Pananjakan, mata kami semua terpaku pada pemandangan lautan pasir dan vegetasi uniknya, pegunungan hijau disekelilingya dan awan pagi yang bergantung di atas bukit hijau...seolah menjadi kerangka bagi frame gambar alam yang luar biasa ini. Sekejap rasa kecewa karena hilangnya sunrise tadi telah hilang.

THE HORSE
Setelah sempat terhenti di lautan pasir, perjalanan kembali lanjut di kaki gunung bromo untuk menuju ke kawah. Di parking area jeep yang sekaligus titik awal perjalanan ke kawah ini, telah tersedia jasa penunggang kuda yang akan mengantarkan kami sampai tepat di bawah 250 anak tangga menuju ke puncak kawah. Biar sempat memilih untuk berjalan beberapa meter, namun dengan dalih pingin merasakan naik kuda (padahal sebenarnya udah mulai pendek nafas lagi!!) akhirnya saya takluk juga pada rayuan bapak2 penunggang kuda yg ngikuti saya sejak turun dari jeep. Meski ini bukan pertama kali saya menunggang kuda, tapi ternyata tidak gampang juga untuk merilekskan badan saat berada di atas punggung kuda. Belum lagi rasa kaku pada persendian karena udara dingin, dan jalan yang berkelok2 menanjak, salah-salah posisi kita malah akan mudah jatuh.

Untungnya kuda-kuda tersebut selalu ada guidenya dan tidak dibiarkan berjalan begitu saja. Saat berada di atas kuda dan si bapak guide itu berjalan sambil menuntun kuda disampingnya, saya jadi bertanya2…betapa hebat dan kuatnya pernafasan orang2 disana karena sanggup naik turun gunung dalam udara dingin ekstrim seperti itu berkali-kali. Bayangkan apabila saat ramai turis dan banyak yang menggunakan kuda, mereka juga harus naik turun sebanyak orang yang menyewa kuda mereka. Dan tahu apa senjata andalan pengusir dingin mereka? Sangat menarik mengamati ciri khas orang-orang setempat bahwa mereka hanya mengandalkan secarik kain sarung untuk menahan udara dingin disana!! Lihat saja cari mereka mengikatkan sarung.


BROMO CRATER

Akhir perjalanan dengan kuda berada tepat di bawah kaki tangga yang telah dibangun untuk membantu wisatawan yang akan menuju ke atas kawah. Kurang lebih 250 anak tangga harus didaki untuk mencapai bibir kawah Bromo. Perjalanan mendaki anak tangga ini juga tidak mudah, karena angin yang bertiup cukup kencang menghembuskan aroma belerang yang sangat kuat dari kawah. Bau belerang yang tajam menusuk plus rasa pedih di mata harus dilawan dengan susah payah. Belum lagi tingkat kemiringan tangga yang mencapai hampir 45 derajat itu, jantung rasanya mau copot. Sedikit demi sedikit anak tangga yang ada kami tapaki, dengan terpaksa menghirup oksigen yang bercampur aroma belerang. Di tengah2 tangga saya berhenti untuk mengatur nafas yang sudah tersengal2 plus terbatuk2 akibat terpaan sulfur yang kuat. Akhirnya dengan pelan-pelan bisa juga mencapai puncak kawah di atas. Saat itu saya coba untuk melempar pandangan sejauh-jauhnya yang bisa tertangkap oleh mata. Subhanallah….dari ketinggian ini, saya merasakan kecilnya saya sebagai makhlukNYA. Kawah yang menganga di bawah, deru suara angin yang kuat, hembusan asap belerang, luasnya pegunungan yang ada di sekitarnya, mendadak muncul perasaan takut akan murkaNYA yang sewaktu-waktu bisa terjadi.

SAVANA
Terpaan angin yang kuat di atas kawah, membuat semua pengunjung yang ada di atas tidak bisa bertahan berlama-lama dan memilih untuk segera turun. Setelah puas foto-foto di atas, kami segera turun. Sampai di bawah, Pak Yono menawarkan kami untuk mampir di pura yang ada di tengah lautan pasir itu. Lanjut dari situ adalah menuju savana. Lokasi ini nampaknya baru menjadi idola tujuan kabarnya setelah beberapa film syuting disana. Termasuk pasir berbisik-nya Dian Sastro katanya. Penasaran dengan lokasi tersebut, satu jeep kami sepakat untuk mengiyakan ajakan Pak Yono, sopir sekaligus guide buat kami itu. Setelah berkendaraan kurang lebih 15menit, lagi-lagi kami dicengangkan oleh sisi lain dari gunung bromo yang mungkin belom banyak terekspos. Jelas saja kalo orang2 film milih lokasi ini untuk syuting…..amazing panorama!!

Padang rumput - sabana

Lautan pasir yang lebih indah dari sebelumnya, ilalang khas yang rasaya cuman tumbuh di daerah itu. Dari kejauhan nampak seperti permadani berwarna2 yang ternyata adalah padang ilalang yang berbunga kuning, ungu dan putih!! Rasanya gak puas-puas kami foto-foto disini karena setiap sudut pandang yang terlihat adalah indah. Sampai akhirnya kamera saya low batery…hiks..padahal masih buanyakkk gambar-gambar indah yang bisa saya ambil. Untung kami semua bawa kamera digital yang bisa saling share memory dan files. Makanya postingan kedua ini sengaja ditunda krn musti nunggu foto2 lain hasil sharing :)) Akhirnya perjalanan dari sabana tersebut, menjadi akhir dari rangkaian tour bromo kali ini. Meninggalkan kesan atas keindahan alam yang tak terlupakan, plus sejumlah janji untuk kembali lagi suatu saat untuk secercah cahaya sunrise yang hilang.

Teman2 baru yang menikmati bersama keindahan Bromo

Monday, April 03, 2006

Missing Sunrise (part 1)


“Berkah” libur pemerintah tgl 31 Maret kemaren akhirnya bisa dimanfaatkan untuk melakukan perjalanan wisata…*halah istilahnya bo’*. Kebeneran Ria, sepupu saya dari Jakarta minta ditemenin buat pergi ke Bromo. Hmm….hari geneee?!?..hujan, angin dan segala gangguan cuaca yang gak banget sebenernya buat perjalanan ke tempat2 wisata alam, ternyata tidak juga menyurutkan hasrat untuk tetap berangkat. Biar sehari sebelum kita berangkat ada angin puting beliung di tempat tinggal saya yang cukup memporak porandakan. Kejadian lagi seperti pas mau rafting dulu, password dari mommy bisa keluar tapi dengan sejumlah pesan-pesan sponsornya.

Keputusan untuk pergi hanya berdua saja ke Bromo ini sebenarnya juga digelayuti oleh kecemasan-kecemasan oleh karena minimnya informasi yang saya punya tentang Bromo. Kalau buat Ria ini pertama kalinya dia pergi dan bagi saya ini adalah kedua kali. Cuman secara ingatan saya saat perjalanan kali pertama yang hampir 10 tahun lalu itu tidak berbekas sedikitpun, maka datanglah sejumlah pertanyaan yang harus segera didapat jawabannya. Tranportasi umum kesana ? akomodasi ? rute tour yang ada ? dsb…..Tanya sana sini ke beberapa teman yang pernah pergi plus info yang berguna banget dari pecinta gunung ini akhirnya saya dapat juga info yang cukup meyakinkan bahwa ....aku akan baik-baik saja *sengau-nya pinkan*.

THE ROAD
Kamis 30 Maret sekitar pukul 11 siang kami berangkat ke Probolinggo setelah paginya Ria datang dari jakarta dengan pesawat yang membuatnya harus boarding jam 5 pagi. Dengan menumpang bis umum, perjalanan Sby-Probolinggo ini ditempuh selama 2 jam. Sesampai di terminal Probolinggo cukup lama kami harus menunggu angkutan elf yang akan membawa kami sampai ke desa Cemorolawang, Ngadisari. Sempat cemas and gemes kelamaan menunggu karena target kita ke Bromo kali ini untuk kejar sunset juga plus utamanya sunrise pagi harinya. Gak pengen kemalaman sampai di hotel dan supaya cukup waktu adaptasi cuaca plus daerah sekitar, akhirnya kami putuskan untuk mencarter angkutan tersebut. Sepanjang perjalanan terminal Probolinggo-Cemorolawang, hawa pegunungan yang sejuk sudah mulai menyambut ditambah lekuk-lekuk jalan yang mulai menanjak. Setelah kurang lebih 1jam 30menit sampai juga kami di desa Cemorolawang, desa paling atas/ujung.

DRESSCODE
Sampai di hotel yang sudah booked sebelumnya sekitar jam 4.30. Hawa pegunungan yang dingin langsung menyergap kami secara baju yang kami kenakan dari Surabaya masih selapis. Segera kami unpacked barang bawaan untuk segera melapisi baju kami dgn dresscode daerah dingin. Walhasil, mulai dari kaos kaki, celana dan baju atasan harus rangkap dua. Termasuk saltum untuk pakai bahan jean di udara seperti itu, karena bahan jean sifatnya malah menyerap dingin. Terus lagi, untung ada penjual korpus penutup kepala yang lewat didepan hotel untuk menyelamatkan daerah kepala saya. Sebagai earplugged saya manfaatkan earphone dari mp3 player, slayer di leher, kaos tangan dan akhirnya windbreaker jadi lapisan baju paling luar. Duhh…bener2 dress code dingin yang reseh banget bukan? Sesaat kepikir “Lha baru di bromo aja udah kedinginan kayak begini gimana bisa hidup di tempat yang bermusim dingin yakk”

COLD MOUNTAIN
Setelah siap “menyambut” angin dan hawa dingin bromo yang sempat nampak di termometer mencapai 70C kami mencoba untuk beradaptasi dengan jalan-jalan di sekitar hotel yang kebetulan langsung berhadapan dengan kelompok gunung cantik tersebut. Ternyata proses aklimatisasi yang saya rasakan cukup berat secara tekanan udara yang tinggi membuat paru-paru harus lebih bekerja keras untuk mendapatkan oksigen yang cukup. Sesaat saya bersyukur karena biasanya di udara seperti ini, hidung yang sudah harus overwhole ini langsung bersin-bersin. Mungkin efek antihistamin yang saya telan malam sebelum saya berangkat masih bekerja dan membantu bertahan. Ataukah itu efek 8 set badminton Selasa sebelumnya yang cukup memanaskan hidung ?? Tapi ternyata itu hanya sesaat… lolos dari efek bersin2 hidung ternyata bukan berarti aman. Hal yang paling mengkhawatirkan sejak sebelum berangkat akhirnya kejadian. Sesak nafas saya nongol !! Cuman saya berpikir ini pasti hanya sesaat karena proses aklimatisasi penyesuaian suhu. Segera kami putuskan kembali ke kamar dan mengakhiri perkenalan tahap pertama dengan hawa dingin tsb. Mau gak mau saya harus semprotkan "pernafasan buatan" *powered by ventolin* agar sesak tidak berkelanjutan.

SHY SUNSET
Letak hotel yang strategis memudahkan kami untuk melihat matahari terbenam dari kejauhan. Persis di depan halaman parkir, nampak gugusan segitiga Gunung Batok, Pananjakan dan Bromo dengan semburan asap dari kawahnya, berdiri dengan anggunnya. Segurat cahaya dari surya yang mulai tenggelam berpadu dengan kabut yang bergelayut manja memberikan pemandangan yang mengagumkan. Subhanallah….sungguh Maha Besar Allah dengan CiptaanNya.

Siluet kebiruan sunset dari balik Gunung Batok...amazing !!

THE TOUR
Setelah mendapat info tentang rute tour plus pesan mobil jeep yang akan mengantar kami menikmati pemandangan matahari terbit pagi harinya, rasanya susah bagi kami memenjamkan mata untuk tidur, membayangkan asyiknya petualangan yang akan dialami. Dan lagi kami diingatkan bahwa pukul 3.30 pagi mobil sudah menjemput yang artinya paling tidak pukul 3.00 kami sudah harus bangun dan bersiap-siap…*pweufff..*Benar saja, sekitar pukul 3.00 deru mobil jeep yang melewati jalan di depan hotel kami mulai membangunkan seolah-olah mengajak untuk bersiap. Sesaat kemudian, jeep yang kami pesan telah siap di depan hotel dan sudah ada 4 penumpang turis lain yang sharing dengan kami.

WHERE IS THE SUN ?
Rute pertama yang jadi tujuan tour pagi itu adalah melihat penampakan sunrise dari view poin gunung penanjakan. Setelah tergoncang2 naik jeep dan melalui rute berliku, akhirnya seputar 4.30-an kami sampai dan segera bergabung dengan turis2 domestik dan asing lainnya dengan maksud yang sama. Jumlah mereka tidak terduga sebanyak itu dan sempat membuat saya heran karena malam sebelumnya di area hotel dan resto yg kami datangi relatif sepi dari turis. Eniwei, kekhawatiran yang sangat besar akan tidak nampaknya Sunrise pagi itu rasanya sudah kami rasakan sejak awal kaki menginjak viewpoin itu. Mendung dan hujan gerimis pagi itu nampaknya membuat kabut tebal tidak mau beranjak area sekitar viewpoin. Akibatnya pandangan kami ke arah Gunung Bromo plus Batok di kejauhan jadi terhalang oleh kabut. Saya lihat waktu sudah mulai beranjak dari pukul 5.15 saat sunrise biasanya mulai terlihat. Terbitnya sang surya sangat sangat dinantikan oleh semua orang yang ada disana. Menit demi menit, detik demi detik yang berlalu makin beranjak menjauh, tapi tetap saja tidak ada secercah cahayapun yang bisa kami temukan diantara gumpalan kabut itu……”we can see nothing””where is the sunrise””wah mataharinya gak keliatan””kabut nehhh”…sejumlah ungkapan kekecewaan yang terdengar disana. “Maybe we should do some sunrise dancing before” untuk menghibur diri sempat saya berujar kepada Cheeshiang teman satu jeep, turis dari Kuala Lumpur. Ia juga merasakan kekecewaan karena hilangnya momentum untuk capture amazing sunrise view dari Bromo yang terkenal itu. Banyak juga turis asing yang telah menyiapkan perlengkapan fotografi yang komplit harus membereskan alat-alatnya dengan kecewa karena pagi itu praktis mereka gak dapat view yang diinginkan.

Andai saja kemaren sang surya dengan gagahnya menampakkan diri, mestinya saya bisa dapet view yang kurang lebih seperti ini .... :((

Sunrise at Bromo - Courtesy of Ian Cameron